Kisah mengharukan dari seorang rekanku yang dapat menginspirasikan orang banyak. Dimana, dalam detik-detik surat terakhir tersebut, tersirat makna tersembunyi dalam bait-baitnya. Dari Sang Mantan kepada seorang Gadis yang pernah di pujanya yang mana akan melangsungkan sebuah pernikahan.
Moscow, 25 January 2007Dear,Hi, Raisya? Semoga kamu baik-baik saja disana…Sehelai benang kusut bagaikan angin topan yang menerjang dataran bumi. Aku tahu...Sebentar lagi, bahwa sepucuk kebahagian akan menghiasi sepanjang hidupmu. Dimana kedua insan saling bertemu, menepati janji, dan akhirnya menjalin hubungan yang lebih serius. Aku curahkan waktuku sebentar, demi menulis beberapa bait kata-kata terakhir yang menggores pikiranku, walaupun akhirnya engkau mungkin akan membuangnya ataukah menyimpannya dalam kurun waktu yang cukup lama. Tapi, aku berharap kamu mau membacanya, hingga kamu akan tahu seluruh isi hatiku yang sebenarnya.Jarak dan derajat telah memisahkan kita dalam jangkauan cakrawala. Namun, dibalik itu semua? Aku menyadari siapa diriku? Dan hingga saat ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa, dimana aku hanya berjalan melewati rutinitas dengan segudang buku yang menumpuk.* Masih ingatkah engkau tentang kejadian saat itu? Ketika orang lain memberikan cincin berkilauan cahaya kepada Sang Pacar di hari ulang tahunnya. Namun, aku hanya mampu memberikan sebuah cincin berbatu Akik untukmu. Mungkin sejenak kamu berpikir, tentang semua kegilaan ini kepadaku..., hingga dirimu merasa dipermalukan oleh sikapku dengan para sahabatmu. Iya, aku sadar? Aku memang tak mampu memberikan barang yang berharga untukmu saat ini.* Masih ingatkah engkau? Ketika orang lain memberikan setangkai bunga mawar kepada Sang Pacarnya. Malah aku memberikan setangkai bunga petai untukmu. Iya, itu mungkin sebuah ingatan menyakitkan dalam bayanganmu hingga saat ini. Dimana terkadang aku selalu berpikir sejenak tentang hubungan kita berdua? Mungkin aku bukanlah sesosok lelaki yang begitu paham tentang keromantisan cinta. Namun, aku selalu belajar dari kesalahan tersebut untuk menjadi yang terbaik.* Dan terakhir, masih ingatkah engkau? Ketika orang lain menjajankan Sang Pacarnya ke gedung-gedung bertingkat. Namun, aku hanya mampu menjajankanmu di kios yang tergeletak dijalanan. Iya, itu pasti sebuah ingatan yang akan selalu membasahi wajah berserimu. Hingga terkadang batinku ini merasakan, bahwa kamu akan selalu mendapat gunjingan para sahabat berkelasmu dan Ibu kandungmu yang selalu meremehkan tentang ekonomiku.Namun ingatlah, di balik itu semua adalah sebuah proses dalam hidup, dimana kala orang bisa di depan dan bisa juga di belakang. Engkau akan mengerti, suatu saat nanti.Sincerely,
Setelah tujuh tahun berlalu, Raisya telah dianugerahi seorang anak perempuan. Dimana saat itu, pernikahannya sedang di ambang kehancuran karena perselingkuhan Sang Suami. Dan dimana suatu hari hidupnya seakan menggelantung hebat di jalanan setelah dia mengalami perceraian, apalagi dia juga harus terlibat sejumlah pembayaran utang piutang Ibunya. Tapi dibalik keras kehidupannya di kota metropolitan seolah tak membuatnya patah semangat untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak, tapi tak satupun yang mau menerimanya, meskipun dia menyandang lulusan perguruan tinggi. Suatu ketika, sebuah kesempatan terakhir dia curahkan untuk melamar pekerjaan lagi di sebuah perusahaan yang sedang naik daun. Namun, dia tak menyangka perusahaan tersebut mau menerimanya, dan memberikan kedudukan yang empuk untuk menghidupi keluarganya.
Enam bulan kemudian, Raisya seakan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri? Mengapa perusahaan ini sangat baik kepadanya walaupun dia masih tergolong muda, bahkan secara mengejutkan dihari itu dia diberikan jabatan yang tinggi. Dimana, rasa keingintahuannya muncul tentang semua itu. Namun hatinya bergetar ketika mengetahui bahwa pemilik perusahaan tersebut adalah Sang Mantannya yang pernah dia abaikan begitu saja. Raisya memberanikan diri untuk membuka surat terakhir dari Sang Mantannya. Dimana deras genangan air mata dari sekujur pipinya, hingga tak bisa dibendung lagi ketika memahami makna surat tersebut yang mencerminkan perjuangan hidup Adam di negeri beruang merah untuk dirinya semata. Semoga bisa menghibur dan memberi pelajaran berarti dalam kehidupan manusia. # Salam Penulis.
Pengen nangis bacanya heee
ReplyDelete:)
ReplyDelete